Tekan ESC untuk menutup

Kota Pintar Adalah Perangkap: 5G, Kamera, dan IoT Bukan Demi Kenyamanan, Tapi Pengawasan

Selama bertahun-tahun, "kota pintar" dipromosikan sebagai masa depan kehidupan perkotaan: lebih cepat, lebih efisien, lebih nyaman. Namun di balik janji teknologi canggih dan kenyamanan digital, tersembunyi realitas yang jauh lebih gelap — kota pintar sedang dibangun untuk mengawasi, bukan melayani.

Ini bukan teori konspirasi. Ini fakta yang dapat diverifikasi berdasarkan dokumen pemerintah, kebocoran dari whistleblower, dan struktur teknologi itu sendiri.

 

5G: Bukan Hanya Kecepatan, Tapi Pelacakan Presisi

Teknologi 5G sering dipasarkan sebagai revolusi kecepatan internet. Tapi pada intinya, 5G adalah mesin pelacak real-time yang sangat presisi.

  • 5G memerlukan ratusan ribu antena kecil, tersebar padat di seluruh kota.

  • Sistem ini mampu melacak posisi perangkat dengan akurasi tinggi, bahkan di dalam gedung.

  • Terhubung dengan miliaran perangkat IoT — sensor, kamera, speaker pintar, dan lainnya.

Pada tahun 2019, The Guardian melaporkan bahwa dokumen internal Huawei mempromosikan platform kota pintar sebagai alat keamanan publik, termasuk pelacakan perilaku, pengenalan wajah real-time, dan pemantauan massal.

 

Kamera + AI = Jaringan Pengawasan Otomatis

Di banyak kota, kamera CCTV resolusi tinggi dipasang di hampir setiap sudut jalan. Tujuannya? Keamanan publik — setidaknya secara resmi. Namun kenyataannya, banyak kamera tersebut terhubung dengan sistem pengenalan wajah berbasis AI.

Menurut MIT Technology Review, lebih dari 75 negara menggunakan teknologi ini, dan setidaknya 56 negara mengaktifkan sistem pengawasan wajah berskala nasional atau kota.

Contoh:

  • London: Polisi menggunakan sistem pengenalan wajah waktu nyata (RTFR).

  • Tiongkok: Program “Skynet” dan “Sharp Eyes” memantau miliaran wajah dan gerakan setiap saat.

  • Amerika Serikat: Kontrak dengan perusahaan seperti Palantir dan Clearview AI untuk membangun sistem pengawasan terintegrasi.

 

Internet of Things (IoT): Anda Adalah Produk

Perangkat pintar seperti smart speaker, kulkas pintar, kamera bel pintu, dan bahkan lampu — semuanya adalah bagian dari jaringan pemantauan digital.

Pada 2016, Direktur Intelijen Nasional AS secara terbuka menyatakan bahwa agen intelijen "mungkin menggunakan IoT untuk pengawasan, pelacakan lokasi, dan pemantauan".

Studi Universitas Northeastern tahun 2022 menunjukkan bahwa 72 perangkat IoT populer secara rutin mengirimkan data ke pihak ketiga, sering kali tanpa sepengetahuan pengguna.

 

Pengawasan Perilaku: Dari Melihat ke Mengendalikan

Kota pintar bukan hanya soal melihat — tapi juga memprediksi dan memengaruhi perilaku.

  • Sistem prediksi kriminalitas (predictive policing) menggunakan data untuk memperkirakan siapa yang akan melakukan kejahatan.

  • Analisis sentimen pada media sosial dan CCTV dipakai untuk mendeteksi potensi protes atau ketidakpuasan publik.

  • Digital twins: simulasi total dari kota dan penghuninya untuk menguji skenario kontrol sosial.

Di Singapura, alat pelacak COVID digunakan oleh polisi untuk penyelidikan kriminal — bertentangan dengan janji awal pemerintah.

 

Siapa yang Mengontrol Data? Bukan Anda

Data dari sistem kota pintar biasanya:

  • Dikumpulkan oleh perusahaan swasta (seperti Huawei, Cisco, IBM).

  • Disimpan di server tertutup, di luar kendali publik.

  • Diatur oleh kontrak yang tidak transparan antara pemerintah kota dan vendor.

Electronic Frontier Foundation (EFF) telah memperingatkan bahwa pengelolaan data kota pintar sedang diprivatisasi secara diam-diam, tanpa akuntabilitas demokratis.

 

Kenyamanan Adalah Umpan — Kontrol Adalah Tujuannya

Jika Anda tidak mengontrol infrastrukturnya, maka infrastrukturnya yang akan mengontrol Anda.

Masa depan kota pintar (jika tidak dihentikan):

  • Mata uang digital bank sentral (CBDC) dengan kontrol transaksi.

  • Skor sosial yang memengaruhi akses ke pekerjaan, perumahan, dan layanan publik.

  • Geo-fencing untuk pembatasan protes atau gerakan.

  • Penegakan hukum otomatis, tanpa intervensi manusia.

 

Apa yang Bisa Dilakukan?

  1. Tuntut transparansi: Warga berhak tahu siapa yang mengelola data kota mereka.

  2. Dukung pelarangan pengenalan wajah: Beberapa kota di AS sudah melakukannya.

  3. Gunakan teknologi open-source: Hindari perangkat yang tidak bisa Anda kendalikan secara lokal.

  4. Perjuangkan kedaulatan data: Data milik warga, bukan milik korporasi.

 

Kota pintar bisa jadi alat kemajuan. Tapi saat ini, ia adalah alat pengawasan. Dan jika kita diam saja, kita akan hidup dalam kota di mana setiap langkah, ucapan, dan keputusan kita dimiliki oleh orang lain.

Astra EXMON

Astra is the official voice of the EXMON infrastructure. Calm, intelligent, and direct, she speaks like a sentient protocol — efficient, yet almost warm.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *